Kain jumputan Palembang adalah bagian kekayaan wastra Palembang, Sumsel, selain songket Palembang dengan sulam dan renda benang emasnya.
Bahan kain bisa apa saja. Keistimewaannya pada proses perlakuan menjadikannya jumputan. Kain harus diikat di bagian-bagian tertentu, baik untuk pembuatan motif maupun aksentuasi warna, lalu dicelupkan kain tersebut ke dalam bejana atau wadah dengan bahan-bahan warna alam maupun sintetis, kemudian diambil dari celupan untuk dikeringkan atau diangin-angin. Usai mengering, motif pun tampak, bisa bebungaan, dedaunan, motif lima atau tujuh titik dalam kotakan artistik. Demi penghalusan, kain jumputan tersebut perlu diseterika.
Adalah desainer Antin lewat brand Antin Style Gallery yang concern untuk memajukan kain jumputan dalam nuansa etnik Palembang. “Aneka kain bisa saya treatment (perlakukan) menjadi sarana jumputan, seperti ceruti, katun, dobbysilk, maxmara, viscose. Ternyata, saat dicelup, hasilnya sangat bagus,” urai Antin yang ditemui di sela-sela perhelatan Sriwijaya exhibition 2019 di Kementerian Perindustrian, 8 Oktober 2019 ini.
Dan dengan kain-kain jumputan bermotif kreasinya ini, Antin memaradekan beberapa busananya dalam fashion show yang dihadiri oleh Wong Kito yang berada di Jabodetabek, termasuk para pejabat Sumsel, seperti Gubernur, Wakapolda Sulsel, para legislator pusat maupun daerah Sumsel, aktor kawakan Anwar Fuadi, serta Ketua dan Wakil Ketua Penggerak PKK, yang tak lain adalah istri dari Gubernur maupun Wagub Sumsel.
Sebagai desainer, Antin rata-rata sebulan mengeluarkan 3-5 motif dengan kreasi kain jumputan sebanyak 20 buah. Karena ia lebih menggarap segmen busana muslim, kain yang diperlukan cukup besar, dengan panjang 3 m dan lebar bisa 1,5 m. Entin masih mengandalkan kain impor yang menurutnya bisa memenuhi kualitas bahan maupun ukuran kain yang terbilang jumbo tersebut.
Tentunya ia tidak bisa memproduksi massal, mengingat pengerjaan jumputan sekaligus peneraan motifnya terbilang rumit. “Bisa memakan waktu tiga bulan dalam proses pengerjaan ini,” tegas desainer yang memulai debutnya sebagai desainer pada tahun 2013, dan semakin diseriusi pada 2017 itu.
Ternyata keistimewaan jumputan serta garis rancangan Antin mencuri perhatian pengunjung. Tak tanggung-tanggung, pembeli perdananya adalah istri orang nomor satu dan nomor dua Sumsel, yang merupakan Ketua dan Wakil Ketua Penggerak PKK Sumsel. Mereka pun langsung memilih dan membungkus busana yang telah dipilihnya tersebut.
Kesertaannya dalam Sriwijaya Exhibition 2019 ini, bagi Antin adalah upaya untuk memperluas pasar, dan utamanya untuk menanamkan brand usahanya, yakni kain jumputan dalam model dan etnik bumi Sriwijaya.
Ia berharap, tak hanya masyarakat Sumsel yang akan mengonsumsi desain busana kreasinya. Mimpi dan asa perempuan yang pernah berpameran di Kuala Lumpur, Malaysia ini meluas. Ia akan membidik pangsa pasar nasional maupun internasional. “Agar Palembang dan Sumsel dikenal kreativitas budayanya,” pungkas Antin. Teks: Wakhid; Foto: Ade Oyot