Sosok perempuan berhati baja dimunculkan oleh Lia Mustafa pada garis-garis rancangannya di ajang Muslim Fashion Festival (MUFFEST) Indonesia 2020, JCC, Senayan, Jakarta.
Di balik kelembutan seorang perempuan, jauh di dasar yang tidak tampak adalah karakter yang membentuknya. Seorang pejuangkah dia, atau seorang lemah atau dilemahkan oleh keadaan?
Kali ini, desainer asal Jogja itu coba membangkitkan sisi baja kaum hawa yang ditempa oleh pengalaman dan perjalanan hidup penuh kepejuangan. Lia mengambil inspirasi seorang Nusaibah Binti Ka’ab, seorang sahabiah Rasulullah Muhammad saw yang tercatat dalam tinta emas penuh kemuliaan. Bahkan kematiannya mengundang ribuan malaikat untuk menyambutnya.
Karena itulah, Lia menampilkan gaya padu-padan (mix-match) yang bersifat androginis. Meskipun bersiluet longgar, sebagaimana tuntunan dan kode busana muslim, bahan katun shantung dan rami dengan pilihan warna white, black, green itu dikreasikan dalam dua-tiga busana. Antara warna, corak cutting, dan komplemen rajut khatun khas ammalee produksi Lia, membawakan sosok yang gagah, percaya diri dalam gaya, meskipun tanpa kehilangan sifat femininnya.
“Kisah penuh inspiratif ini seharusnya dapat menggugah jiwa juang kita, agar tidak cengeng melepas anak -anak yang sedang berjuang. Bila ingin anak menjadi kuat, kita pun harus menjadi ibu yang kuat terlebih dahulu,” demikian refleksi Lia atas garis rancangannya kali ini.
Teks: Wakhid Nur E; Foto: Ade Oyot