Bagaimanapun perbedaan karakteristik bahan dan kecenderungan warna, desainer asal Minang Alvi Oktrisni telah mengharmonisasikannya dalam belanga fashion di panggung Ngawi Batik Fashion, 5 Oktober 2019.

Warna identik batik adalah warna kecokelatan sekait tradisi maupun ciri pewarnaan yang ada, meskipun kini bahan kimia mampu menyentuhnya dengan warna yang dikehendaki.

Dengan tradisi seperti ini, Alvi pun coba memadupadankan bahan batik kreativitas Jawa Ngawi dengan Minang yang biasa dengan warna terang. Namun kali ini desainer asal Minang yang digandeng oleh perajin Batik Langgeng Lestari itu menyesuaikan dengan warna hampir senada, rada gelap kendatipun cenderung hangat. Warna estetiknya ia sandarkan pada acuan tren forecasting warna 2020.

Alvi mengemas busana kreasinya ini dalam tema “Limpapeh”, representasi seorang bundo kanduang yang menjadi pusat atau acuan, bagaikan tiang utama yang menyangga segenap beban dan amanah. Ada kemuliaan dan kehormatan pada penyandangnya, dan demikian diharapkan pada sang pemakai busana besutan Alvi kali ini.

Hasilnya pun tampil busana-busana nan elegan, baik pada busana pria maupun wanita. Alvi menampilkan busana bergaya modest urban hingga tampil dalam global look. Demi menghindari pekatnya nuansa etnik, Arfi mengomplementasikan dua bahan etnik, batik dan tenun silungkang, dengan bahan-bahan modern lainnya.

Ada kalanya, batik ia tempatkan dalam bawahan, ada kalanya menjadi outer, blazer, maupun atasan. Demikian pula sebaliknya. Ia menerakan pemanis dalam bentuk obi, topi, batwing, dan kerah asimetris pada siluet H-line. Sementara busana pria yang lebih simpel, celana panjang dan jas, serta bolero, yang pekat dengan kain batik.

“Harapan saya, ke depan kerjasasama dapat saling mendukung, saling meenaikkan nilai masing-masing, ya ada value added,” ujar Alvi. Teks: Wakhid; Foto: Ade Oyot

Artikulli paraprakLes Amitiés, Kolaborasi BUTTONSCARVES x JENNA & KAIA PRIVÉ
Artikulli tjetër“MIXING” by Wening Angga