Jogja Fashion Week 2019 telah diadakan semenjak 14 tahun lalu tanpa putus. Segenap pengampu kepentingan siap menjadikannya forum Business to Business yang mempertemukan antaraktor bisnis fashion pada tahun selanjutnya.
Demikian petikan kalimat Philip Iswardono, Ketua IFC chapter DIY, dalam sambutannya saat membuka Jogja Fashion Week 2019 pada 20 November 2019. Sampai penyelenggaraan yang ke-14 ini, ajang fashion ini lebih mengolah pada menggali kekayaan kultural DIY yang bisa diangkat ke dalam tema-tema besar fashion.
Hartono Mall telah berkontribusi kepada JFW untuk empat perhelatan terakhir. Kali ini, IFC chapter Jogja memberi tema “Exposure Diversity”, sebuah tema yang memaparkan keanekaragaman. Diversitas ini ada pada penggunaan bahan kain, kekayaan motif pada wastra nusantara, serta jenis fashion seperti busana modest, busana pesta, busana bridal, hingga busana kerja.
Sebagai project officer JFW 2019, Afif Syakur menekankan bagaimana kekayaan cultural DIY, motif-motif batik Jogja maupun wastra tradisionalnya bisa dikembangkan, dielaborasi, dan dipromosikan hingga mencakup batas nasional, bahkan internasional sebagai entitas bisnis yang penting dan berpengaruh.
Dalam soalan ini, Philip Iswardono juga menekankan, bahwa industri fashion telah menempati posisi penting sebagai industri kreatif nasional. Tentunya, bila forum B to B hendak diwujudkan, persiapan perhelatan tak semata mengundang desainer untuk berpentas busana.
Pelaku fashion DIY dan para pemangku kepentingan lainnya juga perlu menyiapkan stan-stan yang memadai, pebisnis dari UMKM hingga korporasi, baik dalam maupun luar negeri, gema promosi untuk mengundang pembeli dan juga peminat potensial di bidang busana, serta ajang bertukar pikiran untuk industri fashion yang bahan baku dasarnya adalah kreativitas.
Dari Trunk Show hingga Penampilan Desainer Muda
Pada JWF kali ini, penampilan desainer IFC chapter DIY disatukan dalam trunk show pembukaan. Mereka adalah Philip, Dewi Roesdji, Indraswari, Isyanto, Dedi Hertanto, Dani Paraswati, Luffi Vadisah, Lany Amborowati, Iffah M. Dewi, Mia Ridwan, Ratri Kristiani, Hendi Budiman, Alma Riva, Wening Angga, Dandy T. Hidayat, Lia Mustafa.
Sesi kedua dibuka dengan penampilan Gregorius Vici dalam tema “Lost in Tokyo”, yang mengeksplorasi kimono maupun warna-warni Jepang ke dalam busana kontemporer.
Pada sesi ketiga, desainer-desainer muda menampilkan modest fashion maupun aneka jenis busana umum dan busana pengantin. Mereka adalah Aulia Hijriastuti dalam tema Edipeni ning Jogja lewat brand Alula; Mellani Bajumi, Mellina, Ricka Denia lewat tema Bumi Manika dalam brand Kamayan x Kamell; Shaqia Indonesia by Dian Aryo; Lia Bridal; d’JeLiPat oleh dua siswa SMKN 3 Magelang, Fega Bintang Tesaloka dan Zukhruf.
Three Can by SMKN 3; Adilla Collection by Nana Pratiwi; Redealing Sewing Course by Eno, Soim, Arum dan Sandy; HNT by Hesti Nugraheni; Lakshita by Rahma LF; ‘Throwback’ yang klasik dari Hazein by Noor Arief; ‘Aquamarine’ Tommy Yudhis by Tommy Deza dan Yudhie Y. Kurniawan; Nurul Shine.
Masih ada dua hari lagi para penampil busana di Hartono Mall yang menjadikan perhelatan busana ini dalam tema mereka Annifourthsary, atau dukungan mereka yang keempat, selain dari sponsor Viva Cosmetics, Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, GM Production, IFC Jogja, serta media tv, online, dan cetak.
Teks: Wakhid; Foto: Ade Oyot