Sebuah aplikasi ojol lokal Boosjek muncul dari Kota Mendoan (Purwokerto). Najmudin, sang pendiri, adalah putra daerah yang berobsesi bahwa aplikasi IT (information technology)-nya adalah sebentuk inisiatif dari daerah, untuk kepentingan warga lokal, dan hasil pajaknya pun demi pemda setempat.

Aplikasi Boosjek atau Banyumas Ojek Online resmi berdiri dalam softlaunching pada 1 Januari 2020. Para pengguna bisa mengunduhnya di Playstore. Sampai data terakhir, saat lauching itu, jumlah driver, 2670 orang, dan para penggunanya 6000 orang.

Sebuah kekuatan inisiatif lokal yang terbilang luar biasa dan nekad. Sebuah obsesi Najmudin yang ingin menyaingi perusahaan bisnis ojol berlevel nasional maupun internasional yang juga sudah merambah di wilayah Banyumas dan sekitarnya.

“Beberapa bidang bisnis saya masukkan dalam CV Xena Bigmart,” ujar Sena

Bagi Sena, demikian sapaan akrab Najmudin, wilayah Banyumasan –Banyumas, Purwokerto, Ajibarang– adalah jelajahnya semenjak tahun 1998, selepas dirinya keluar dari Jogjakarta. Jogja adalah tempat dirinya menamatkan sekolahnya di SMAN 5, mengarungi dua sekolah tinggi juga kerja-kerja yang ditekuninya, seperti E.O, distributor barang, trader saham. “Perguruan tingginya tidak tamat, kebanyakan saya sambi bisnis,” urainya tergelak.

Sebelum merilis ojol, kisahnya, Sena mendatangi pentolan ojol merek sebelumnya. Sembari bincang santai sambil makan, ia mewacanakan ojol lokal yang tengah digagasnya. Pada hari lain, ia datangi pula ke para pemangku kepentingan yang tak lain adalah para pejabat teras terkait di bidang perizinan dan perekonomian daerah.

Kepada para pentolan ojol maupun pejabat terkait, Sena selalu menekankan pentingnya uang daerah dikembalikan kepada daerah demi kepentingan dan kesejahteraan daerah. Adanya Boosjek (Banyumas ojek online) adalah sarana tepat bagi pengembangan bisnis orang Banyumas.

Uang akan berputar di Banyumas, untuk kemaslahatan warga Banyumas, dan pajak pun masuk ke kas daerah Banyumas. “Saya memang minta restu mereka, biar jalan ke depan lebih mulus,” ujar Ena.

Sena memang lumayan piawai bila menjalin relasi. Mantan fungsionaris Partai Nasdem di daerahnya ini akhirnya berhasil mengegolkan Boosjek. Animo para pengojek yang memasang aplikasi boosjek maupun yang memasang aplikasi ojek secara dobel, membesar.

Sena pun rela membakar uang seratusan juta untuk segenap persiapan ojek online ini, iklan, sewa server lokal, dsb. Ia juga memberi modal masing-masing Rp50 ribu buat para pengojek online-nya, untuk mengikat dan memotivasi para tukang ojek mengaktivasi Boosjek.

Boosjek menawarkan harta lebih kompetitif (bersaing), lebih kecilnya prosentase setoran driver kepada perusahaannya. Rencananya, saat open launching pada bulan April, Boosjek sudah memiliki 100 ribu pengguna.

Rencana yang Terempas

Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih, begitu kata pepatah. April telah menjadi bagian dari wabah korona. Segenap potensi dan pergerakan ekonomi internasional hingga lokal mengalami pengerutan luar biasa. 80% sektor bisnis alami shutdown atau lumpuh, tak terkecuali wilayah Banyumasan. Angan Najmudin untuk melihat pergerakan naik Boosjek pun tak kesampaian.

Dalam keadaan mati suri ojek besutannya ini, ia banting setir kepada penjualan bahan pokok, lagi-lagi lewat aplikasi online, becer, atau belanja eceran. Sena menjamin sayur-mayur ataupun bahan pokok seperti gula, minyak, telur, dan sebagainya, bisa diperoleh dengan mudah, harga bersaing, dan segar.

Mirip-mirip bisnis online, namun dengan adanya aplikasi, pergerakan dan konsumen Sena menjadi lebih besar. Orang bisa mengakses dan bertransaksi lewat platform yang disediakannya. Tenyata animo masyarakat, khususnya ibu-ibu, di daerah Banyumas termasuk tinggi.

1
2
Artikulli paraprakElegansiku, LUXme
Artikulli tjetërMasker “Eksklusif” Persembahan Desainer Ferry Sunarto