Eksperimentasi wastra nasional dilakukan oleh desainer Aceh, Safartiwi Gading yang coba memadukan motif Gayo dengan motif batik Ngawi di perhelatan Ngawi Batik Fashion di Kota Ngawi, Jawa Timur.

Aneka gaun muslimah serta kemeja pria berparade di panggung Ngawi Batik Fashion pada 5 Oktober 2019 malam, yang berlokasi di Alun-Alun Ngawi. Sang desainer, Safartiwi Gading memadukan bahan jins dengan kain batik karya perajin batik Pirnggodani.

Aksentuasi pada jins tone biru gelap ia tampakkan dalam motif “ulen-ulen karawang gayo” yang berbentuk bulat. Representasi bulan yang tengah bersinar penuh. Supermoon. Penanda bagi terangnya purnama yang menyinari dunia.

Sementara paduan batik pringgodani mewujud pada outer panjang, blazer, serta atasan berupa kuasi-belt dan garis tengah yang memecahkan kemonotonan jins blus panjang.

“Saya ingin membuktikan bahwa bahan jins tidak hanya untuk busana kasual, namun juga bisa dipakai untuk busana ready to wear deluxe,” ujar desainer asal Serambi Mekkah ini. Dan eksperimentasi itu ia tambahkan lagi dengan upaya kolaboratif antara motif gayo dengan dengan batik motif pring-pace atau motif bambu dan buah pace, flora yang endemic di Bumi Ngawi.

Bagi Safartiwi, ini merupakan eksperimentasi unik dan menggairahkan karena ia harus memainkan daya eklektik antara dua kultur, Aceh dan Jawa. Dengan siluet A line serta cutting simpel, ia coba mengoptimalkan bahan-bahan termaktub agar tidak terbuang sia-sia.

Bagi batik pringgodani sendiri, ini bagaikan kepak sayap yang mengangkasa, membuka horizon saat kain kreasinya yang berkhazanah lokal berakulturasi dengan motif etnik luar. Mengikat menjadi pesan bernusantara dalam dinamika namun tetap meruamkan harmoni. Teks: Wakhid; Foto: Ade Oyot

Artikulli paraprakPesona Jumputan Palembang by Antin Style Gallery
Artikulli tjetërLes Amitiés, Kolaborasi BUTTONSCARVES x JENNA & KAIA PRIVÉ